BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Desa
Mengenai
sejarah Desa Ampeldento adalah ketika kami melakukan interview/ wawancara, kami
mendapat kan
informasi yaitu sejarah Desa Ampeldento sementara ini memiliki dua persi yang
berbeda. Tapi kami memutuskan untuk mengambil salah satunya saja, yakni :
“ Desa ampel Dento berawal dari
runtuhnya kerajaan mataram, pada waktu itu banyak orang – orang keraton dari
mataram itu melarikan diri diantaranya sampai ada yang di malang, pada waktu itu dibimbing oleh Qi
ageng kripip. slah satu pengikut dari Qi ageng Kripip itu bernama selamet
dengan gelar Rogo Boyo, Selamet Rogo boyo itu diberikan untuk membuka hutan di
daerah malang
bagian utara. Setelah Selamet Rogo boyo itu membuka hutan di sini,pada suatu
saatnya datang kanjeng sunan Ampel. Qi ageng kripip itu masih kerabat kanjeng
sunan Ampel, karena disini belum ada nama dengan datangnya kanjeng sunan Ampel
tersebut. Maka dinamakan Desa Ampel Dento. Desa Ampel Dento sendiri merupakan
tempat kediaman kanjeng sunan Ampel yang berada di geresik. “
Karakteristik Budaya
Desa
Mengenai karakteristik budaya Desa
Ampeldento adalah ketika kami mengadakan penelitian di desa tersebut, kami
sangat dilayani sangat baik dan dengan hormat. Kami cukup terkejut dengan
keramahan masyarakat setempat dan pengertiannya
dimana kami ( Peniliti ) merupakan orang luar jawa tapi masyarakat dapat
memakluminya apabila kami salah dalam bertutur kata atau sikap.
Dapat kami ambil kesimpulan , bahwa
Desa tersebut masih tergolong masyarakat yang saling tolong menolong dan juga
sopan serta agamis. Intinya Desa tersebut masih berlandaskan pada Agama yang
mereka anut yakni Agama Islam. Dan apabila kita bandingkan dengan masyarakat Kota yang mana sifat
masyarakatnya cenderung individualisme, sangat jauh berbeda dengan masyarakat
Desa.Hubungan – hubungan di atas merupakan hubungan yang telah berakar dari
Leluhurnya. Bahkan menurut keterangan Sekertaris Desa, jika terjadi pelanggaran
terhadap nilai – nilai dalam hubungan interaksinya maka akan menjadi celaan dan
akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Yang merupakan hukuman dari
masyarakat setempat.
Selain itu, kekuatan ikatan dan
keharmonisan hubungan social tersebut serta interaksi diantar warga keluarga
masyarakat itu menjadi langkah identifikasi diri dengan komunitas sisial
kampong. Terlebih hubungan sesama keluarga
dan Rumah Tangga atau hubugan anatr kelompok bertetangga. Mereka saling
mengenal satu sama lain secara fisik maupun non fisik serta keturunan dengan
leluhurnya sampai kebidang pekerjaannya. Pola hubungan itu terikat dalam
jaringan hubungan yang kompleks, namun secara bersama – sama menguatkan
eksistensi masyarakat itu sendiri. Menurut kami, esensi hubungan demikian
adalah yang penuh dengan nilai pertukaran timbale balik mengenai onformasi
barang serta bidang kerja dan jasa
dianatara para anggota rumah tangga yang berbeda. Tetapi, di belakang hubungan
tersebut terdapat kekuatan dan kelemahannya.
Adapun kelemahannya adalah bahwa
hubungan – hubungan itu bergantung pada pasang surutnya kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Dengan kata lain, jika seorang yang memiliki kekayaan lebih dan
yang miskin itu tidak berbeda pandangan dalam hal ekonomi maka akan terjadi
erselihan dan hubungan itu putus. Sementara itu, hubungan social dalam membantu
dan melindungi para penduduk kampong terhadap keadaan soial ekonomi yang tidak
pasti, terutama dengan tidak adanya pekerjaan tetap sebagai pemenuh kebutuhan
sehari – hari mereka, sehingga tingkat perlindugan itu pun sering kali tidak
memadai.
Karakteristik Fisik
Karakteristik Desa Ampeldento yaitu
meliputi saran, transfortasi, hiburan atau yang lainnya. Dari banyak warga
masyarakat tersebut hanya sebagian saja yang memiliki sarana yang memadai. Tapi
dari segi sarana transprtasi sepeda motor, masyarakat Desa rata – rata memiliki
sepeda motor tapi taransportasi seprti mobil hanyalah segelintiran masyarakat.
Dari sana kami
dapat simpulkan bahwa masyarakat Desa Ameldento masyarakat yang ekonominya
menengah.
Desa Ampeldento masih memegang teguh
warisan nenek moyang atau budaya secara turun menurun yang masih melekat. Dan
juga benar bahwa cirri – cirri masyarakat Pedesaan antara lain adalah :
- Punya sifat homogen dalam ( mata pencaharian, nilai – nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku )
- Kehidupan Desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi, artinya semua anggota keluarga turut bersama – sama memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
- Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau Desa kelahiran.
- Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada Kota serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar. Hubungan lebih bercorak Gemeinschaft dari Gesellschaft.
Berkaitan
dengan karakteristik masyarakat pedesaan ini, James C. Scoff, dalam the Moral
Economy of the Peasant, menyaktakan bahwa Petani terutama di pedesaan pada
dasarya menginginkan kedamaian dan hubungan Patron-Klien Paternalistik yang
memberi jaminan dan keamanan social ( Social Secuirity ). Petani jarang tampil
mengambil suatu keputusan yang beresiko, karena Petani akan memikirkan keamanan
terlebih dahulu ( Safety First ). Kondisi seperti ini tidak dapat diprtahankan
dengan masuknya pasar dan komersialisasi yang telah menggantikan hubungan
patron-klien menjadi hubungan ekonomis ( upah/majikan-buruh). Meskipun
demikian, untuk mengatasi masalah ekonomi daerah Pedesaan telah menemukan
sendiri berbagai mekanisme social ekonomi yang dikenal sebagai Gotong Royong (
Socila Exchange ). Gotong Royong menjadi Etos subsirtensi ( Subsistence Ethics
), yang melahirkan norma – norma moral, seperti adanya norma Resiprokal atau
timbal balik dalam menikmati bantuan
social.
Kelompok Primer dan
Sekunder Desa
Mengenai kelompok primer dan sekunder
Desa adalah masih ada dan selalu ada diantaranya adalah : PKK, pengajian dan
tahlilan. Kalau PKK ini termasuk golongan kelompok primer dan bisa dikatakan
moderen, sedangkan pengajian dan tahlilan termasuk golongan kelompok sekunder
dan bisa dikatakan Tradisonal dan Budaya.
Tingkat Pendidikan
pendidikan
merupakan tempat untuk membina hubungan sosial antara warga desa terutama di
sekolah, karena di lingkungan lembaga
sekolah ini anak - anak saling bergaul satu sama lain, juga adanya
persatuan orang tua murit.
pendidikan
atau lembaga sekolah yang berada di Desa ampeldento hanya sampai tingkat
kanak-kanak (TK) sekolah dasar (SD), madrasah ibtidah iyah (MI), sedang untuk
melanjutkan ke tingkat SLTP dan SLTA masyarakat desa Ampeldento bisa
melanjutkan ke Desa yang berdekatan seperti Desa Jetis dan kecematan – kecematn
di dekatnya.
Kami dapat menarik kesimpulan bahwa
Desa Ampeldento tergolong Desa yang sarana pendidikannya masih minim. Terbukti
sarana sekolah disana hanya sampai pada TK,
SD dan MI. Tapi meski demikian
minat masyarakat untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi sangatlah besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar