Minggu, 28 Oktober 2012

BAB II : PEMBAHASAN



BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Desa
            Mengenai sejarah Desa Ampeldento adalah ketika kami melakukan interview/ wawancara, kami mendapat kan informasi yaitu sejarah Desa Ampeldento sementara ini memiliki dua persi yang berbeda. Tapi kami memutuskan untuk mengambil salah satunya saja, yakni :

“ Desa ampel Dento berawal dari runtuhnya kerajaan mataram, pada waktu itu banyak orang – orang keraton dari mataram itu melarikan diri diantaranya sampai ada yang di malang, pada waktu itu dibimbing oleh Qi ageng kripip. slah satu pengikut dari Qi ageng Kripip itu bernama selamet dengan gelar Rogo Boyo, Selamet Rogo boyo itu diberikan untuk membuka hutan di daerah malang bagian utara. Setelah Selamet Rogo boyo itu membuka hutan di sini,pada suatu saatnya datang kanjeng sunan Ampel. Qi ageng kripip itu masih kerabat kanjeng sunan Ampel, karena disini belum ada nama dengan datangnya kanjeng sunan Ampel tersebut. Maka dinamakan Desa Ampel Dento. Desa Ampel Dento sendiri merupakan tempat kediaman kanjeng sunan Ampel yang berada di geresik. “


Karakteristik Budaya Desa
            Mengenai karakteristik budaya Desa Ampeldento adalah ketika kami mengadakan penelitian di desa tersebut, kami sangat dilayani sangat baik dan dengan hormat. Kami cukup terkejut dengan keramahan masyarakat setempat dan pengertiannya  dimana kami ( Peniliti ) merupakan orang luar jawa tapi masyarakat dapat memakluminya apabila kami salah dalam bertutur kata atau sikap.
            Dapat kami ambil kesimpulan , bahwa Desa tersebut masih tergolong masyarakat yang saling tolong menolong dan juga sopan serta agamis. Intinya Desa tersebut masih berlandaskan pada Agama yang mereka anut yakni Agama Islam. Dan apabila kita bandingkan dengan masyarakat Kota yang mana sifat masyarakatnya cenderung individualisme, sangat jauh berbeda dengan masyarakat Desa.Hubungan – hubungan di atas merupakan hubungan yang telah berakar dari Leluhurnya. Bahkan menurut keterangan Sekertaris Desa, jika terjadi pelanggaran terhadap nilai – nilai dalam hubungan interaksinya maka akan menjadi celaan dan akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Yang merupakan hukuman dari masyarakat setempat.
            Selain itu, kekuatan ikatan dan keharmonisan hubungan social tersebut serta interaksi diantar warga keluarga masyarakat itu menjadi langkah identifikasi diri dengan komunitas sisial kampong. Terlebih hubungan sesama keluarga  dan Rumah Tangga atau hubugan anatr kelompok bertetangga. Mereka saling mengenal satu sama lain secara fisik maupun non fisik serta keturunan dengan leluhurnya sampai kebidang pekerjaannya. Pola hubungan itu terikat dalam jaringan hubungan yang kompleks, namun secara bersama – sama menguatkan eksistensi masyarakat itu sendiri. Menurut kami, esensi hubungan demikian adalah yang penuh dengan nilai pertukaran timbale balik mengenai onformasi barang serta  bidang kerja dan jasa dianatara para anggota rumah tangga yang berbeda. Tetapi, di belakang hubungan tersebut terdapat kekuatan dan kelemahannya.
            Adapun kelemahannya adalah bahwa hubungan – hubungan itu bergantung pada pasang surutnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, jika seorang yang memiliki kekayaan lebih dan yang miskin itu tidak berbeda pandangan dalam hal ekonomi maka akan terjadi erselihan dan hubungan itu putus. Sementara itu, hubungan social dalam membantu dan melindungi para penduduk kampong terhadap keadaan soial ekonomi yang tidak pasti, terutama dengan tidak adanya pekerjaan tetap sebagai pemenuh kebutuhan sehari – hari mereka, sehingga tingkat perlindugan itu pun sering kali tidak memadai.
Karakteristik Fisik
            Karakteristik Desa Ampeldento yaitu meliputi saran, transfortasi, hiburan atau yang lainnya. Dari banyak warga masyarakat tersebut hanya sebagian saja yang memiliki sarana yang memadai. Tapi dari segi sarana transprtasi sepeda motor, masyarakat Desa rata – rata memiliki sepeda motor tapi taransportasi seprti mobil hanyalah segelintiran masyarakat. Dari sana kami dapat simpulkan bahwa masyarakat Desa Ameldento masyarakat yang ekonominya menengah.
            Desa Ampeldento masih memegang teguh warisan nenek moyang atau budaya secara turun menurun yang masih melekat. Dan juga benar bahwa cirri – cirri masyarakat Pedesaan antara lain adalah :
  • Punya sifat homogen dalam ( mata pencaharian, nilai – nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku )
  • Kehidupan Desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi, artinya semua anggota keluarga turut bersama – sama memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
  • Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau Desa kelahiran.
  • Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada Kota serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar. Hubungan lebih bercorak Gemeinschaft dari Gesellschaft.
Berkaitan dengan karakteristik masyarakat pedesaan ini, James C. Scoff, dalam the Moral Economy of the Peasant, menyaktakan bahwa Petani terutama di pedesaan pada dasarya menginginkan kedamaian dan hubungan Patron-Klien Paternalistik yang memberi jaminan dan keamanan social ( Social Secuirity ). Petani jarang tampil mengambil suatu keputusan yang beresiko, karena Petani akan memikirkan keamanan terlebih dahulu ( Safety First ). Kondisi seperti ini tidak dapat diprtahankan dengan masuknya pasar dan komersialisasi yang telah menggantikan hubungan patron-klien menjadi hubungan ekonomis ( upah/majikan-buruh). Meskipun demikian, untuk mengatasi masalah ekonomi daerah Pedesaan telah menemukan sendiri berbagai mekanisme social ekonomi yang dikenal sebagai Gotong Royong ( Socila Exchange ). Gotong Royong menjadi Etos subsirtensi ( Subsistence Ethics ), yang melahirkan norma – norma moral, seperti adanya norma Resiprokal atau timbal balik dalam menikmati bantuan  social.


Kelompok Primer dan Sekunder Desa

Mengenai kelompok primer dan sekunder Desa adalah masih ada dan selalu ada diantaranya adalah : PKK, pengajian dan tahlilan. Kalau PKK ini termasuk golongan kelompok primer dan bisa dikatakan moderen, sedangkan pengajian dan tahlilan termasuk golongan kelompok sekunder dan bisa dikatakan Tradisonal dan Budaya.


Tingkat Pendidikan

pendidikan merupakan tempat untuk membina hubungan sosial antara warga desa terutama di sekolah, karena di lingkungan lembaga  sekolah ini anak - anak saling bergaul satu sama lain, juga adanya persatuan orang tua murit.
pendidikan atau lembaga sekolah yang berada di Desa ampeldento hanya sampai tingkat kanak-kanak (TK) sekolah dasar (SD), madrasah ibtidah iyah (MI), sedang untuk melanjutkan ke tingkat SLTP dan SLTA masyarakat desa Ampeldento bisa melanjutkan ke Desa yang berdekatan seperti Desa Jetis dan kecematan – kecematn di dekatnya.
            Kami dapat menarik kesimpulan bahwa Desa Ampeldento tergolong Desa yang sarana pendidikannya masih minim. Terbukti sarana sekolah disana hanya sampai pada TK, SD dan MI. Tapi meski demikian minat masyarakat untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi sangatlah besar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar